Sabtu, 04 Mei 2013

BUPER Gunung Puntang Banjaran



Semangatnya menyambut pagi ini Sabtu 20 April 2014 karena hari ini akan ada acara STUPA untuk melaksanakan MABIM di gunung Wangun Banjaran, aku bergegas dari kosan pagi-pagi sekali sekitar jam 5 pagi menuju Ciparay karna dikhawtirkan telat mengikuti acaranya yang akan di mulai jam 8.00, banyak kendala saat diperjalanan yaitu banjir di daerah palasari karna hujan yang terus mengguyur semalam mengakibatkan macet panjang dan untuk kendaraan bermotor diharuskan memutar dan mencari jalan alternative lainnya. Menlewati gang-gang yang sempit dan rusak, harus sangat berhati-hati dalam mengendarai. Kirain ga bakal macet panjang di daerah bojongsoang, eh nyatanya macet banget padahal kan masih pagi tapi kendaraan udah sebanyak ini. Ternyata mereka pun menghindari banjir di baleendah dan dayehkolot al hasil semua kendaraan jalan ke bojong soang yang nantinya keluar dari Buah batu yang akan ke bandung.
Ceritanya sampai di tempat dimana dijadikan sebagai tempat berkumul yaitu ciheulang, tapi jam 08.00 tidak ada tanda-tanda kehidupan :D beuh parah padahal aku udah telat datangnya eeh setelah cukup lama menunggu datanglah pelatih STUPA yaitu abang beserta anyu kemudian aku bersama meraka mendatangi kediaman kadat stupa untuk menanyakan acara dan keberadaan barudak yang lain, walla ternyata acara nya di batalkan tanpa konfirmasi ke pelatih STUPA, kecewa dong aku, udah bersiap dan bergegas eh acranya ga jadi L
Namun aku, anyu dan abang tetap akan melakukan pendakian soalnya abang dan anyu pun memang telah siap untung melakukan camping, kami pergi ke Banjaran untuk menemui salah satu teman yaitu abah yang selalu menemani STUPA camping meskipun bukan alumni sekolahan tapi abah ini sudah tidak diragukan dalam berpetualangan J
Akhirnya kami berempat pergi ke gunung puntang untuk camping di curug siliwangi dari banjaran kita naik angkot dengan ongkos 6000/orang dan harga tiket masuk 7500/orang. Kami beranngkat jam 13.30 dan sampai di curug siliwangi jam 16.00 jalur yang dihadapi awalnya sangat mudah karna banyak jalan yang landai namun ada beberapa jalan yang diharuskan melakukan penyebrangan di 3 sungai yang airnya kebetulan agak besar karena sedang musim hujan jadi penyebrangan harus benar-benar hati-hati dalam beripjak karna aliran yang sangat deras, dan saat hampir tiba di curug kita disana benar-benar di exstra tenaga karena jalan yang berbatu dan tanjakan juga, ada beberapa jalan yang terkena longsor jadi banyak pohon yang tumbang dan kita benar-benar harus hati-hati.
Meskipun aku sudah beberapa kali kesini namun tetap memiliki kesan tersendiri di setiap perjalanannya. Sesampainya disana kita menikmati sejenak keindahan curug yang berketinggian 150 M dan ketinggian tempat 1700 DPL, semua rasa lelah dapat terbayarkan deh ciyusss... kemudian kita langsung membangun tenda mumpung masih sinang dan masak karena sudah lapar,hehe
Kita menghabiskan malam dengan rasa dingin yang sangat menusuk karena angin yang begitu kencang dan embun dari curug, esoknya kita bermain-main di curug menikmati air yang turun dari atas sana namun tidak lama karena air yang begitu menusuk tulang membuat kita tidak kuat dan memutuskan untuk segera pulang jam 08.00 sampai jam 10.00 ketika turun selalu lebih cepat dari naik :D
Kita sempat berfoto-foto di batu cinta dan memasuki gua peninggalan belanda, banyak juga pengunjung yang dating ke buper gunung puntang ini, selain banyak tempat wisatanya juga memang enak untuk dijadikan perkemahan ^_^



Jumat, 03 Mei 2013

Danau Ciharus Kamojang Garut













Hai sahabat petualang, kali ini 01 April 2013 saya bersama 3 sahabat pergi melakukan hiking ke danau ciharus kamojang garut. Berawal dari ajakan iseng untuk melakukan hiking bersama 4 sahabat ku lainnya, rencananya kami akan camping but karna situasi dan kondisi yang tidak memungkin kan maka kami hanya hiking saja.
Kami berangkat dari Ciparay menuju Majalaya menaiki angkot dengan ongkos 2500/orang, selanjutnya di Majalaya kita naik angkot menuju paseh dengan ongkos 2500/orang kemudian kita naik lagi angkot berbentuk kollbak yang ditutupi terpal dengan ongkos 4000/orang. Sesampainya di Kamojang kita berjalan menuju kawasan perusahaan pertamina, orang-orang disana ramah dan baik loh, suasana yang asri dan lingkungan yang sangat bersih ketika kita melewati rumah penduduk di kawasan Kamojang.
Tidak ada tiket masuk untuk menuju danau ciharus karena letaknya agak lumayan jauh dari penduduk dan berada di tengah-tengah pegunungan, ya 2-3 jam untuk sampai ke danau ciharus dengan medan yang agak lumayan terjal, curam dan licin, karena jalan yang biasa di jadikan jalur rusak akibat motor-motor trail. (eh nyalahin (^-^)Viisss)
Oh iya dianjurkan bagi yang ingin pergi kesana untuk memakai baju dan celana panjang sarung tangan sepatu dan pelindung kepala kalau perlu semisal topi, kupluk, krudung dan lainnya yang bisa nutupin muka karena banyak daun pulus atau terkenalnya dengan daun tereptep yang apabila kena kulit itu sakit dan gatalnya ruarrr biasa dan menimbulkan bintik merah :D

 Namun sesampainya di danau ciharus seperti biasanya rasa lelah pun hilang seketika, namun kalian harus hati-hati lagi dalam melangkah ketika sampai di lokasi danau ciharus karena banyak tanah embel yang kita bisa ketarik dalam tanahnya (ih serem*berlebihan yaa*) sepatu akupun menjadi korban :(

Keindahan panorama yang tidak kalah indahnya dari danau ranucombolo kepunyaannya mahameru yang sering dibilang surganya dunia, danau ini pun tidak kalah indahnya, air yang begitu bening, tenang dan mempesona, bunga rawa pun ikut menghiasi danau ini. Asyik dijadikan tempat mincing juga loh…
sangat disayangkan hasil fotonya tidak memuaskan karena cuaca saat itu sedang mendung. Sangking keasyikan mengabadikan moment-moment saat disana sampai kami lupa waktu yang hampir sore.
Ketika pulang kami memakai jalan lain yaitu jalan ke pereng yang nantinya tembus ke daerah Cikawao Majalaya. Butuh waktu 4-6 jam untuk memakai jalur ini dengann medan yang harus menyusuri sungai perkebunan selanjutnya jalan coral kemudian jalan perkampungan yang masih kurangnya kendaraan yang mobile disini. Dianjurkan untuk yang kurang berolah raga sebaiknya jangan ke jalur ini karena kasihan fisiknya nanti tapi jika ingin tatangan dan keseruan-keseruan yang luar biasa silahkan mencoba. :)






Sabtu, 16 Maret 2013

Gunung Krenceng






Gunung Krenceng Punya Cerita
Jam 5.00 pagi kami memulai perjalanan, berangkat dari ledeng menuju stasion bandung dengan ongkos Rp.3000/orang. kami berangkat pagi-pagi sekali karena mengejar kereta KRD Ekonomi menuju Cicalengka jam 6.00 dengan ongkos Rp. 1500/orang tapi denger-denger nih tariff tiketnya bakal naik lagi. Sekarang dengan adanya peraturan baru untuk kereta api, kondisi di dalam kereta api menjadi lebih tertib ketika awal kami naik kereta ini suasananya benar-benar berbeda. Dahulu masih akhir bulan tahun 2012 ketika kami naik kereta ekonomi yang jurusan Cicalengka kondisinya masih belum tertib karena masih banyaknya pedagang-pedangang asongan yang hilir mudik didalam kereta api. Tidak hanya satu atau dua pedagang saja sampai tidak terhitung oleh jari, dari mulai pedagang roti, tahu, minuman, sate, boneka, buah-buahan, masker, anak ayam, dan banyak lagi deh pedagang asongan dalam kereta, udah seperti pasar saja keretanya. Belum lagi banyaknya pengemis dan pengamen yang setiap satu menit itu bergantian, nyiapin uang receh 5000 pun masih kurang sangking banyaknya -,-
Namun kondisi sekarang benar-benar berubah, jadi lebih nyaman, pedagang asonganpun tidak sebanyak waktu dulu, memang masih ada satu dua pedagang asongan di kereta itu juga mungkin yang masih nekat berjualan di dalam kereta. Tapi pengemis dan pengamen sudah tidak terlihat lagi, ini sepertinya karena peraturan baru yang dikeluarkan pemerintah untuk masalah kereta api. Semoga Kereta Api Indonesia ini semakin terurus dan tertib lagi, karena transfortasi kereta api merupakan transfortasi yang hampir banyak di tinggalkan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri padahal transportasi ini sangat penting dalam menghubungkan daerah yang satu dengan yang lainnya dengan lebih efektif dan juga ekonomis. J
Sesampainya di station Cicalengka jam 7.00 lebih sedikit, ketika mau keluar dari kereta kebiasaan penumpang yang akan naik kereta ini selalu berdesak-desakan memperebutkan tempat duduk, jadi penumpang dengan yang akan naik selalu terhambat, hmmm kebiasaan banget nih, harusnya penumpang mau sabar untuk mengantri kan kasian ada orang tua yang udah sepuh harus ikut desak-desakan, yang mudanya juga lagi meni ga mau ngalah sama yang tua dan anak-anak khususnya.
Gunung krenceng terletak di Cicalengka, kab. bandung. perjalanannya bisa di tempuh menggunakan mobil colt terbuka atau menggunakan ojek sampai ke desa penduduk kaki gunung krenceng untuk ongkos bisa nego. perjalanan ke puncak bisa ditempuh kurang lebih 4 hingga 5 jam dalam hitungan normal, perjalanan yang melewati desa penduduk – ladang – padang ilalang – hutan pakis & pinus – puncak. jalur menuju puncak gunung krenceng bukan hal yang mudah untuk dilewati karena lebar jalan menuju puncak tersebut hanya mempunyai lebar sekitar satu meter, sehingga apabila cuaca hujan, jalan bisa menjadi licin karena kondisi jalur tersebut dominan bebatuan atau angin kencang sangat tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan ke gunung krenceng,  butuh waktu 2 sampai 3 jam perjalanan dari pos 1  untuk sampai ke puncak gunung krenceng, tanjakan yang curam dan tanah yang gembur para pendaki diwajibkan berhati-hati apalagi ketika sudah beberapa meter menuju puncak jalan yang hanya bisa dilalui seorang karena kiri kanan jurang dengan jalan yang penuh lumut sangat berbahaya jika kita sampai ceroboh dalam mendaki. Sesampainya di puncak kita dapat menikmati keindahan panorama Cicalengka yang berbatasan dengan sumedanag, gunung-gunung sekitar yang sangat tampak jelas dihadapan kita, mengobati semua rasa lelah dan cape ketika mendaki gunung krenceng ini namun gunung krengceng hanya mempunyai luas puncaknya sekitar 3×3 meter, dihitung 8 orang yang hanya bisa berdiri di puncak (termasuk peralatan). gunung tersebut mempunyai tiga puncakan apabila dilihat dari atas berbentuk segitiga dan antara puncakan tersebut saling terhubung melalui jalur sempit dan bebatuan yang curam. Karena kurangnya udara di atas puncak menjadikan banyak hewan-hewan kecil disana karena ketinggian gunung krenceng sekitar 2.600 MDPL.
Untuk yang ingin hiking atau camping boleh coba ke gunung krenceng ^_^

Kamis, 17 Mei 2012

Kriminologi


TEORI DALAM KRIMINOLOGI
Ada beberapa penggolongan teori dalam kriminologi antara lain(Soedjono Dirdjosisworo, 1994: 108-143) :
1.    Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association Theory)
Sutherland  menghipotesakan bahwa perilaku kriminal itu dipelajari melalui asosiasi yang dilakukan dengan mereka yang melanggar norma-norma masyarakat termasuk norma hukum. Proses mempelajari tadi meliputi tidak hanya teknik kejahatan sesungguhnya, namun juga motif, dorongan, sikap dan rasionalisasi yang nyaman yang memuaskan bagi dilakukannya perbuatan-perbuatan anti sosial.
Theori asosiasi differensial Sutherland mengenai kejahatan menegaskan bahwa :
a.    Perilaku kriminal seperti halnya perilaku lainnya, dipelajari.
b.    Perilaku kriminal dipelajari dalam hubungan interaksi dengan orang lain melalui suatu proses komunikasi.
c.    Bagian penting dari mempelajari perilaku kriminal terjadi dalam pergaulan intim dengan mereka yang melakukan kejahatan, yang berarti dalam relasi langsung di tengah pergaulan.
d.    Mempelajari perilaku kriminal, termasuk didalamnya teknik melakukan kejahatan dan motivasi/ dorongan atau alasan pembenar.
e.    Dorongan tertentu ini dipelajari melalui penghayatan atas peraturan perundang-undangan; menyukai atau tidak menyukai.
f.     Seseorang menjadi deliquent karena penghayatannya terhadap peraturan perundangan lebih suka melanggar daripada mentaatinya.
g.    Asosiasi diferensial ini bervariasi tergantung dari frekuensi, durasi, prioritas dan intensitas.
h.    Proses mempelajari perilaku kriminal melalui pergaulan dengan pola kriminal dan anti kriminal melibatkan semua mekanisme yang berlaku dalam setiap proses belajar.
i.      Sekalipun perilaku kriminal merupakan pencerminan dari kebutuhan umum dan nilai-nilai, akan tetapi tingkah laku kriminal  tersebut tidak dapat dijelaskan melalui kebutuhan umum dan nilai-nilai tadi, oleh karena perilaku non kriminal pun merupakan pencerminan dari kebutuhan umum dan nilai-nilai yang sama.
2.    Teori Tegang (Strain Theory)
Teori ini beranggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk yang selalu memperkosa hukum atau melanggar hukum, norma-norma dan peraturan-peraturan setelah terputusnya antara tujuan dan cara mencapainya menjadi demikian besar sehingga baginya satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui saluran yang tidak legal. Akibatnya, teori “tegas” memandang manusia dengan sinar atau cahanya optimis. Dengan kata lain, manusia itu pada dasarnya baik, karena kondisi sosiallah yang menciptakan tekanan atau stress, ketegangan dan akhirnya kejahatan.
3.    Teori Kontrol Sosial (Social Control Theory)
Landasan berpikir teori ini adalah tidak melihat individu sebagai orang yang secara intriksik patuh pada hukum, namun menganut segi pandangan antitesis di mana orang harus belajar untuk tidak melakukan tindak pidana. Mengingat bahwa kita semua dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk melanggar peraturan-peraturan di dalam masyarakat, delinkuen di pandang oleh para teoretisi kontrol sosial sebagai konsekuensi logis kegagalan seseorang untuk mengembangkan larangan-larangan ke dalam terhadap perilaku melanggar hukum.
Terdapat empat unsur kunci dalam teori kontrol sosial mengenai perilaku kriminal menurut Hirschi (1969), yang meliputi :
a.    Kasih Sayang
Kasih sayang ini meliputi kekuatan suatu ikatan yang ada antara individu dan saluran primer sosialisasi, seperti orang tua, guru dan para pemimpin masyarakat. Akibatnya, itu merupakan ukuran tingkat terhadap mana orang-orang yang patuh pada hukum bertindak sebagai sumber kekuatan positif bagi individu.
b. Komitmen
Sehubungan dengan komitmen ini, kita melihat investasi dalam suasana konvensional dan pertimbangan bagi tujuan-tujuan untuk hari depan yang bertentangan dengan gaya hidup delinkuensi.
c. Keterlibatan
Keterlibatan, yang merupakan ukuran kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan konvensional mengarahkan individu kepada keberhasilan yang dihargai masyarakat.
a.    Kepercayaan
Akhirnya kepercayaan memerlukan diterimanya keabsahan moral norma-norma sosial serta mencerminkan kekuatan sikap konvensional seseorang. Keempat unsur ini sangat mempengaruhi ikatan sosial antara seorang individu dengan lingkungan masyarakatnya.
4.    Teori Label (Labeling Theory)
Landasan berpikir dari teori ini diartikan dari segi pandangan pemberian norma, yaitu bahwa sebab utama kejahatan dapat dijumpai dalam pemberian nama atau pemberian label oleh masyarakat untuk mengidentifikasi anggota-anggota tertentu pada masyarakatnya. (Gibbs dan Erickson, 1975; Plummer 1979; Schur 1971).
Terdapat banyak cara dimana pemberian label itu dapat menentukan batas bersama dengan perilaku kriminal telah dijadikan teori, misalnya bahwa pemberian label memberikan pengaruh melalui perkermbangan imajinasi sendiri yang negatif. Menurut teori label ini maka cap atau merek yang dilekatkan oleh penguasa sosial terhadap warga masyarakat tertentu lewat aturan dan undang-undang sebenarnya berakibat panjang yaitu yang di cap tersebut akan berperilaku seperti cap yang melekat itu. jadi sikap mencap orang dengan predikat jahat adalah kriminogen.
5. Teori Psikoanalitik (Psyco Analytic Theory)
Menurut Sigmund Freud, penemu psikonanalisa, hanya sedikit berbicara tentang orang-orang kriminal. Ini dikarenakan perhatian Freud hanya tertuju pada neurosis dan faktor-faktor di luar kesadaran yang tergolong kedalam struktur yang lebih umum mengenai tipe-tipe ketidakberesan atau penyakit seperti ini. Seperti yang dinyatakan oleh Alexander dan Staub (1931), kriminalitas merupakan bagian sifat manusia. Dengan demikian, dari segi pandangan psikoanalitik, perbedaan primer antara kriminal dan bukan kriminal adalah bahwa non kriminal ini telah belajar mengontrol dan menghaluskan dorongan-dorongan dan perasaan anti-sosialnya.
1.    Teori Rancangan Pathologis (Pathological Simulation Seeking)
Menurut Herbert C. Quay (1965) mengemukakan teori kriminalitas yang didasarkan pada observasi bahwa banyak kejahatan yang nampak memberikan seseorang perasaan gempar dan getaran hati atau sensasi. Kriminalitas merupakan manifestasi “banyak sekali kebutuhan bagi peningkatan atau perubahan-perubahan dalam pola stimulasi si pelaku”. Abnormalitas primer oleh karenanya dianggap sebagai sesuatu yang terletak dalam respon psikologis seseorang pada masukan indera. Berarti perilaku kriminal merupakan salah satu respon psikologis sebagai salah satu alternatif perbuatan yang harus ditempuh. Lebih spesifik lagi telah dihipotesakan bahwa para kriminal memiliki sistem urat syarat yang hiporeaktif terhadap rangsangan.
Beberapa bahasan dari teori rangsangan pathologis yang perlu mendapat perhatian :
a.    Kriminal dilakukan dengan sistem urat syarat yang diporeaktif dan otak yang kurang memberi respon, keadaan demkian tidak terjadi dalam vakum, melainkan berinteraksi dengan tujuan tempat tinggal tertentu dimana individu hidup dalam pergaulan.
b.    Anak-anak pradelinkuen cenderung membiasakan diri terhadap hukuman yang diterimanya dan rangsangan ini dengan mudah menambah frustasi dikalangan orang tua. Pola ini kemudian bergerak dalam lingkungan interaksi negatif “orang tua dan anak” yang pada gilirannya membentuk remaja dan orang dewasa yang bersifat bermusuhan, memendam rasa benci dan anti sosial. Kecenderungan mencuri rangsangan pathologis ini merupakan bagian dari gambaran kriminal.
c.    Interaksi orang-orang keadaan meliputi hipotesa :
1)    Bahwa respon parental yang negatif dan tidak konsisten terhadap perilaku mencari rangsangan atau stimuli sang anak, merupakan daya etiologis dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan kriminalitas selanjutnya.
2)    Bahwa abnormalitas psikologis sang anak akan menyulitkan baginya mangantisapasi konsekuensi yang menyakitkan atas perbuatannya.
Kedua faktor di atas merupakan faktor yang memberi kontribusi kepada siklus yang merugikan dalam interkasi orang tua anak yang bersifat negatif yang pada gilirannya berkulminasi pada pola kriminalitas berat. Christopher Mehew dalam penelitiannya mengenai kriminal dan prikologis menemukan adanya pengaruh kejiwaan terhadap perilaku jahat yang disimpulkan sebagai tingkat kedewasaan yang terhambat (emotional-immaturity) dan ternyata kondisi ini dipengaruhi  oleh masalah-masalah keluarga yaitu disharmonie home dan broken home.

2.    Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory)
Landasan berpikir teori ini menitikberatkan pada utilitas atau pemanfaatan yang diantisipasi mengenai taat pada hukum lawan perilaku melawan hukum. Pendukung semula teori pilihan rasional, Gary Becker (1968) menegaskan bahwa akibat pidana merupakan fungsi, pilihan-pilihan langsung serta keputusan-keputusan yang dibuat relatif oleh para pelaku tindak pidana bagi yang terdapat baginya. Pilihan rasional berarti pertimbangan-pertimbangan yang rasional dalam menentukan pilihan perilaku yang kriminal atau non kriminal, dengan kesadaran bahwa ada ancaman pidana apabila perbuatannya yang kriminal diketahui dan dirinya diprotes dalam peradilan pidana. Apabila demikian seolah-olah semua perilaku kriminal adalah keputusan rasional